Transformasi Sosial Dan Tantangan Pelestarian Identitas Budaya Suku Banjar Di Era Generasi Z

Pasar Terapung Banjarmasin

Opini – Perubahan sosial dan identitas budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan sosial seringkali mempengaruhi dan membentuk identitas budaya masyarakat. Fenomena yang saat ini tengah terjadi adalah hilangnya identitas suku dan kelompok etnis di Indonesia, seperti mulai hilangnya suku Banjar pada generasi Gen Z.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah globalisasi dan modernisasi yang semakin cepat. Secara definisi, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sementara itu, identitas budaya adalah pengenalan dan perasaan kepemilikan terhadap budaya tertentu yang membedakan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam konteks ini, identitas budaya suku Banjar yang hilang adalah fenomena di mana generasi muda suku Banjar mulai kehilangan pengenalan dan perasaan kepemilikan terhadap budaya mereka.

Dikutip dari pemikiran Anthony Giddens, seorang sosiolog terkemuka, mengatakan bahwa globalisasi dan modernisasi telah mengubah cara berpikir, cara berkomunikasi, cara berinteraksi, dan bahkan cara berpakaian telah berubah. Budaya lokal, termasuk budaya suku Banjar, mulai tergerus oleh budaya global. Selain Giddens, pemikiran yang sejalan dengan fenomena hilangnya identitas suku Banjar pada generasi Gen Z yaitu pemikiran adalah Pierre Bourdieu.

Pierre Bourdieu

Pierre Bourdieu, seorang filsuf dan sosiolog Prancis, dikenal dengan konsepnya tentang “habitus” dan “kapital kultural”. Menurut Bourdieu, habitus adalah struktur mental atau skema pikiran yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan budaya seseorang. Sementara itu, kapital kultural merupakan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, dan jenis-jenis lain dari pengetahuan budaya yang menandakan status sosial seseorang. Pemikiran ini melihat bahwa habitus generasi tersebut telah dipengaruhi oleh budaya global yang mereka terima melalui media sosial dan internet. Hal ini membuat mereka memiliki kapital kultural yang berbeda dengan generasi sebelumnya, yang lebih terpapar dengan budaya lokal suku Banjar. Generasi Gen Z memiliki akses ke pengetahuan dan budaya global yang luas, dan hal ini menjadi kapital kultural mereka. Namun, tanpa penguatan dan pemahaman yang cukup tentang budaya lokal suku Banjar, mereka bisa kehilangan bagian penting dari identitas mereka. Dalam konteks ini, kapital kultural suku Banjar bisa tergerus oleh budaya global.

Hal ini terjadi karena generasi muda lebih mudah menerima dan mengadopsi budaya baru yang mereka anggap lebih modern dan up to date. Generasi Gen Z yang tumbuh dan berkembang di era digital ini lebih mudah terpapar oleh berbagai informasi dan budaya dari seluruh dunia. Media sosial, internet, dan berbagai teknologi digital lainnya memudahkan mereka untuk mengakses informasi dan budaya tersebut. Sebagai hasilnya, mereka mulai meninggalkan budaya lokal dan mengadopsi budaya global. Mereka lebih suka menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa lokal, lebih suka makanan barat daripada makanan lokal, dan lebih suka musik dan film barat daripada musik dan film lokal. Hal ini tentu saja mempengaruhi identitas budaya mereka.

Relevansi fenomena ini dalam kehidupan saat ini sangat tinggi. Budaya, termasuk budaya suku Banjar, adalah bagian penting dari identitas bangsa dan negara. Hilangnya identitas budaya suku Banjar berarti hilangnya sebagian dari identitas bangsa dan negara. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama generasi muda, untuk melestarikan budaya lokal. Kita harus lebih menghargai dan mengapresiasi budaya kita sendiri. Salah satu cara untuk melestarikan budaya lokal adalah dengan mengenalkan dan mengajarkan budaya tersebut kepada generasi muda. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus berperan aktif dalam hal ini. Pendidikan budaya lokal harus ditanamkan sejak dini. Selain itu, teknologi digital dan media sosial juga dapat digunakan untuk mempromosikan dan melestarikan budaya lokal. Dengan begitu, generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.

Untuk itu, marilah kita bersama-sama melestarikan budaya lokal, termasuk budaya suku Banjar. Jangan biarkan identitas budaya kita hilang ditelan oleh arus globalisasi dan modernisasi. Ingatlah, budaya adalah identitas kita. Budaya adalah warisan leluhur kita. Budaya adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya.

sumber: https://kalimantanpost.com/2024/05/transformasi-sosial-dan-tantangan-pelestarian-identitas-budaya-suku-banjar-di-era-generasi-z/

penulis:

  • Rico, S.Pd., M.I.Kom (Lecturer in Communication Studies at UNISKA MAB Banjarmasin)
  • Ade Nur Atika Sari, SIKom., MIKom (Lecturer in Communication Sciences UNISKA MAB Banjarmasin)